Hasil gambar untuk insan kamil

17 Jumadil Awal 1434H
28 March 2013
10:37
Banyak syukur kepda Alloh Ta’ala, bisa merasakan nikmat dari Alloh Ta’ala. Bagaimana pun nikmatnya dunia ini, bila diberikan kepada satu orang, tapi tidak dirasakan nikmat, apakah bisa mensyukuri? Tidak bisa.
Harus disadari seluruh dunia ini adalah lokam (kulit, sepet) dan berliannya adalah kita ini. Isinya dunia adalah manusia, lainnya manusia bukan isi, walaupun dunia ini ada bintang bulan, lautan, tapi kalau tidak ada manusia, maka namanya dunia kosong, dunia suwung, jadi isinya adalah manusia. Rumah ini juga demikian, ada lemari, ada meja-meja, dan sebagainya, tapi kalau manusianya tidak ada maka dikatakan rumah kosong.
Berliannya hidup adalah manusia, kompas hidup ini adalah manusia, jadi ikhtisarnya alam semesta ini adalah manusia. Silahkan dicari pada diri kita ini, gunungnya mana, alasnya (hutannya) mana, harimaunya mana, kancilnya mana, malaikatnya mana, bidadarinya mana, ini kalau mau mencari akan ketemu semua. Jadi puncak-puncaknya  makhluq Alloh ini adalah manusia. Dari tanah naik-naik sampai Sulalah, macam-macam zat, ada tumbuh-tumbuhan, terus naik, akhirnya jadi Darah, Nuthfah, akhirnya jadi Alaqoh, Mudlghoh, sampai akhirnya jadi manusia, kalau sudah jadi manusia (Insan kamil) ini sudah puncak. Puncak dalam istilah bahasa Arab adalah Muntaha. Jadi kedudukannya manusia  itu puncak, silahkan di lihat dalam surat An Nas, kedudukannya manusia itu disebutkan setelah Robbi berikutnya Nas, setelah Maliki berikutnya Nas, setelah Ilahi berikutnya Nas. Jadi  kedudukannya di atas manusia ini adalah Tuhan, di bawahnya Tuhan adalah manusia, dan di bawahnya manusia adalah seluruh alam. Jadi posisi kita itu di tengah-tengah.
Malaikat kedudukannya kalah bila dibanding dengan kedudukannya manusia, itu namanya Muntaha. Silahkan… boleh mengkritik, ini tasawwuf kok.
Menetapkan posisi ini sulit, di atas Tuhan, kemudian di bawahnya manusia, dan di bawahnya manusia adalah seluruh alam, yang seluruh alam ini adalah untuk manusia. Itu bukan masalah tempat, tapi kedudukan derajatnya. Seluruh alam ini mengabdi kepada manusia, ini perintah Alloh :
SAKHOROLAKUM MAA FIS SAMAAWATI WAMAA FIL ARDLI
“(Alloh) telah menundukkan untukmu  semua apa-apa yang ada di lagit dan apa-apa yang ada di bumi.” (QS. Luqman : 20)
Ditundukkan semuanya untuk manusia, maka silahkan dinaiki.

Dunia kendaraan akhirat

Dawuhnya Kanjeng Nabi :
QOOLA ROSUULULLOOHI SHOLLALLOOHU ‘ALAIHI WASALLAMA : ALLAILU WAN NAHAARU MATHIYATAANI FARKABUUHUMAA BALAGHUN ILAL AKHIRAH
“Bersabda Rosululloh SAW. : Malam dan siang segala isinya ini adalah kendaraan, naikilah sampai kepada akhirat.”
Jadi dunia supaya ditumpangi/dinaiki, jangan sampai dinaiki dunia, yang dilarang adalah dinaiki dunia. Kalau menumpangi dunia memang diperintah, tapi kalau kita ditumpangi dunia maka akan rusak, bejat. Kalau menumpangi dunia itu enak, nyaman, karena dunia ini adalah kendaraan. Ibarat kendaraan bisa yang baik bisa yang jelek, tidak jadi masalah asal syukur.
Syukur itu tulisannya SYIN, KAF, RO’, bacanya SYAKARO artinya telah syukur. Tapi kalau syin titik tiga ini titik tiganya hilang, bunyinya SAKARO artinya telah mendem /tidak sadar, karena tiga titik itu rahasianya syukur. Satu persatu titik ini ada artinya sendiri-sendiri, titik satu apa artinya, titik dua apa artinya, dan titik tiga apa artinya. Lain kali akan kami tulis masalah Syukur ini.
Semoga manfaat

Post a Comment